Catur Tahun Silam...
Rabu, 19 Juli 2006
Ratusan mahasiswa tingkat I dan tingkat II Politeknik (Poltek) PT Gajah Tunggal (GT), di Tangerang, Banten, akhirnya harus menerima pil pahit menyusul digelarnya aksi unjuk rasa dan mogok belajar yang dilakukan selama beberapa hari terakhir.
Manajemen PT GT memutuskan untuk membubarkan perguruan tinggi tersebut. Padahal, perguruan tinggi itu sudah mencetak banyak tenaga andalan yang siap pakai. Dengan usianya yang sudah mencapai 20 tahun berkiprah dalam dunia pendidikan, tak aneh jika masyarakat merasa sangat kehilangan dan terkejut dengan keputusan pembubaran Politeknik Gajah Tunggal itu.
"Kenapa mesti dibubarkan? Tapi mungkin karena pengelola perguruan tinggi itu sudah jenuh melihat aksi mahasiswa yang doyan berunjuk rasa. Namun, apapun itu, kami sangat menyayangkan pembubaran poltek tersbut," kata beberapa pendidik di Tangerang berkomentar.
Sementara untuk mahasiswa tingkat terakhir tahun ajaran 2006 yang sudah lepas masa pendidikannya tidak ada masalah. Artinya, mereka hanya tinggal menunggu masa ikatan dinas selama lima tahun. Selain itu, mereka selama ini dinilai selalu menunjukkan iktikad baik terhadap perguruan tinggi Poltek GT yang dikelola pabrik ban mobil merek Gajah Tunggal ini sehingga diyakin kelancaran kerja mereka tak perlu diragukan lagi.
Menurut Manajer Umum PT Gajah Tunggal, Ismail, berdasarkan Keputusan Manajemen PT Gajah Tunggal, terhitung sejak Senin 3 Juli lalu pihaknya sudah membubarkan Perguruan Tinggi Poltek GT, dan segala aktivitas sudah dihentikan.
Bersamaan dengan itu, 25 orang dosen yang selama ini sudah mengabdi di Poltek GT sudah diberhentikan secara baik-baik. Begitu juga mahasiswa tingkat I dan tk II, ikut dibubarkan.
Seluruh mahasiswa berjumlah 205 orang dan 69 di antaranya mahasiswa tingkat terakhir.
Terhitung sejak dikeluarkannya SK pembubaran Poltek GT tersebut, maka seluruh fasilitas yang diberikan kepada mahasiswa selama ini juga ikut dihentikan. Sejak itu pula PT GT tidak bertanggung jawab lagi atas segala kebutuhan yang selama ini diberikan kepada mahasiswa. Selanjutnya, segala kegiatan dan tindak-tanduk eks mahasiswa sudah di luar tanggung jawab PT GT.
Dijelaskan, Poltek GT selama ini memberikan beasiswa kepada seluruh mahasiswanya berupa bebas uang belajar dan praktik serta diberikan seragam serta uang saku setiap bulan sebesar Rp 125 ribu untuk mahasiswa tingkat I, Rp 135 ribu untuk tingkat II, dan Rp 150 ribu untuk tingkat terakhir.
Rata-rata setiap mahasiswa mendapat jaminan sebesar Rp 10 juta per orang per tahun, kata Ismail. Kepada lulusan poltek ini juga dikenakan masa ikatan dinas selama lima tahun di PT GT setelah lulus dari poltek. Selanjutnya, setelah lepas dari ikatan dinas mereka diberi kebebasan untuk memilih pekerjaan lain atau tetap di PT GT.
Namun, menurut Ismail, unjuk rasa dan mogok belajar sebagai protes yang dilancarkan para mahasiswa tk I dan II beberapa hari belakangan ini membuat pihak manajemen PT GT kecewa. Seakan mereka tidak pandai berterima kasih terhadap segala kemudahan dan segala yang diberikan PT GT selama ini. "Akhirnya, lebih baik kita bubarkan saja," kata Ismail. Bahkan, ditegaskan lagi oleh PT GT, kemungkinannya tetap akan menutup perguruan tinggi dan mulai tahun ini tidak menerima mahasiswa baru lagi.
Dijelaskan, unjuk rasa yang dilakukan mahasiswa Poltek GT hingga ke DPRD Kota Tangerang menuntut agar dua mahasiswa yang dipecat sebelumnya dapat diterima kembali. Namun pihak perguruan tidak mungkin menuruti tuntutan itu, sebab pemecatan dua mahasiswa itu sudah melalui prosedur dan mekanisme yang benar. Pelanggaran yang dilaukan dua mahasiswa itu, jelas Ismail, dianggap tidak dapat dimaafkan lagi.
Diungkapkan, dua mahasiswa yang dipecat tersebut berawal dari keikutsertaan mereka dalam kontes robot di Jakarta belum lama ini. Pihak PT GT memberikan sumbangan dana sebasar Rp 4 juta. Namun dalam pertanggungjawaban keuangannya ternyata terjadi penyimpangan yang dilakukan bersama dosen pembimbing.
Kepada mereka yang terlibat itu, baik mahasiswa maupun dosen, terkena sanksi pemecatan. Kemudian mereka yang dipecat ini bersama dosen dikatakan melakukan gerakan penghasutan terhadap para mahasiswa lain sehingga mereka melakukan demo dan unjuk rasa.(sukri)
source : http://www.suarakarya-online.com/news.html?id=149806
http://www.radarbanten.com/mod.php?mod=publisher&op=viewarticle&artid=51460
JATIUWUNG - Sejak didirikan tahun 1981 hingga kini, Politeknik Gajah Tunggal Tangerang telah meluluskan sebanyak 1.743 tenaga ahli di bidang teknik mesin, teknik elektro, teknik kimia, dan teknik informatika.
Dari jumlah ini, sebanyak 40 persennya ‘dibajak’ perusahaan di luar PT Gajah Tunggal Grup.
Direktur Politeknik Gajah Tunggal Ferry L Hollen mengatakan, pihaknya mempersilakan para lulusan itu memilih perusahaan di luar PT Gajah Tunggal Grup, meski politeknik ini telah melakukan ikatan dinas kepada para lulusan itu.
“Ikatan dinas yang kita lakukan selama lima tahun kepada para lulusan. Namun, kenyataannya, banyak di antara mereka keluar atau ‘dibajak’ perusahaan di luar Gajah Tunggal Grup. Jumlahnya mencapai 40 persen,” kata Ferry, seusai acara wisuda mahasiswa Politeknik Gajah Tunggal Angkatan XVIII-XXII, di Balroom Hotel Istana Nelayan, Kecamatan Jati Uwung, Kota Tangerang, Rabu (27/1).
Dalam wisuda kali ini, sebanyak 259 mahasiswa dari empat jurusan diwisuda.
Sebanyak lima lulusan terbaik dari masing-masing angkatan mendapat beasiswa sebesar Rp 1,5 juta.
Dikatakan Ferry, para lulusan Politeknik Gajah Tunggal akan ditempatkan di sekitar delapan perusahaan di Tangerang. “Para lulusan yang saat ini diwisuda pun sudah kami tempatkan di perusahaan-perusahaan Gajah Tunggal Grup. Mereka tenaga ahli yang siap pakai,” katanya.
Sementara itu, dalam sambutannya, Walikota Tangerang Wahidin Halim mengatakan, pendidikan merupakan pilar utama dalam upaya meningkatkan daya saing. (dai)
Comments
Post a Comment