Daun Saga


Abrus precatorius L. (saga) merupakan salah satu tanaman yang dapat
dimanfaatkan sebagai obat tradisional. Tanaman ini berkhasiat sebagai obat sariawan,
obat batuk dan obat radang tenggorokan (Syamsuhidayat dan Hutapea, 1991).
Penelitian Wahyuningsih (2006) menunjukkan bahwa kandungan kimia dari daun
saga yaitu saponin dan flavonoid, dimana salah satu fungsi dari saponin dan
flavonoid adalah kerjanya sebagai antibakteri. Wahyuningsih (2006) menyebutkan
juga bahwa nilai kadar bunuh minimum (KBM) dari ekstrak etanol daun saga untuk
bakteri S. aureus sebesar 0,63% dan E. coli sebesar 2,50%. Hal ini membuktikan
bahwa ekstrak etanol daun saga mempunyai kandungan kimia yang aktivitasnya lebih
baik pada bakteri gram positif (S. aureus) daripada gram negatif (E. coli).
Daun saga menyerupai daun Tamarindus indica memiliki rasa agak manis.
Pemanfaatannya dalam masyarakat dengan cara dikunyah sampai halus sambil untuk
kumur pada pengobatan sariawan. Cara pembuatannya adalah daun saga yang masih
baru dipetik dijemur beberapa menit agar agak layu (Thomas, 1994).
Berdasar uraian tentang kandungan kimia dan pembuatan yang kurang praktis
serta adanya bukti tentang khasiat ekstrak daun saga sebagai antibakteri yang
dilakukan oleh Wahyuningsih (2006), maka perlu dibuat sediaan ekstrak daun saga
yang lebih praktis, melarut perlahan pada mulut sehingga efek lokal untuk mencegah
sariawan (sebagai antibakteri) dapat tercapai. Salah satu alternatif yang dapat
digunakan adalah dengan dibuat tablet hisap.
Sediaan tablet hisap penggunaannya lebih praktis, mudah dan lebih
menyenangkan bila dibandingkan dengan sediaan obat dalam bentuk cair. Untuk itu,
dengan dibuatnya tablet hisap ekstrak daun saga diharapkan menjadi salah satu
alternatif bentuk sediaan dalam pengobatan. Tablet hisap merupakan bentuk sediaan
padat yang mengandung bahan obat dan umumnya juga bahan pewangi, dimaksudkan
untuk secara perlahan-lahan melarut dalam rongga mulut untuk efek setempat (Ansel,
1989).
Tablet hisap dimaksudkan untuk melarut perlahan dalam mulut (Anonim,
1995). Persyaratan kekerasan tablet hisap minimal 10 kg dan maksimal 20 kg (King,
1975) lebih tinggi daripada tablet biasa, 4-8 kg (Parrott, 1971). Untuk memenuhi
ketentuan tersebut, massa granul yang akan dicetak menjadi tablet harus memberikan
gaya ikat antar partikel yang kuat. Bahan pengikat dimaksudkan untuk memberikan
kekompakan dan daya tahan (Voigt, 1994). Kekompakan tablet dapat dipengaruhi
baik oleh tekanan pencetakan maupun jenis dan jumlah bahan pengikat.
Dalam penelitian ini digunakan gelatin sebagai bahan pengikat. Keunggulan
dari gelatin adalah bobot molekul gelatin yang rendah telah terbukti kemampuannya
untuk mempertinggi kecepatan disolusi obat secara oral (Rowe dkk, 2006). Kenaikan
konsentrasi larutan gelatin sebagai larutan pengikat akan menaikkan kekerasan tablet
dan menurunkan waktu hancur tablet. Gelatin merupakan bahan pengikat kuat, sering
digunakan untuk granul lozenges (Banker dkk, 1980). Dengan demikian perlu
dilakukan penelitian pengaruh penggunaan gelatin sebagai bahan pengikat dalam
beberapa variasi konsentrasi, sehingga dapat diketahui konsentrasi gelatin yang dapat
menghasilkan tablet hisap yang memenuhi persyaratan.
Metode yang digunakan dalam pembuatan tablet hisap ini adalah granulasi
basah. Keunggulan yang dimiliki metode ini antara lain adalah dengan terbentuknya
granul akan memperbaiki sifat alir dan kompresibilitas bahan sehingga menjadi lebih
mudah ditablet (Bandelin, 1989).
Daun saga mempunyai khasiat untuk mengobati sariawan, obat batuk dan
antiradang tenggorokan (Syamsuhidayat dan Hutapea, 1991). Sedangkan menurut
Wijayakusuma dan Dalimarta (1998), akar, batang dan daun dari daun saga ini
bersifat manis dan netral berguna untuk menurunkan panas,antiradang, serta
melancarkan pengeluran nanah.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Wahyuningsih (2006) menyebutkan
bahwa ekstrak etanol daun saga mempunyai kandungan kimia, yaitu flavonoid dan
saponin yang aktivitas antibakterinya lebih baik pada bakteri gram positif (S. aureus)
daripada gram negatif (E. coli). Berdasarkan Anonim (1993) yang menyebutkan
bahwa setiap jaringan atau alat tubuh dapat diinfeksi oleh bakteri S. aureus dan
menyebabkan timbulnya penyakit dengan tanda-tanda khas yaitu peradangan dan
pembentukan abses. Sedangkan sariawan merupakan salah satu bentuk peradangan
yang terjadi di dalam mulut, sehingga saga dapat menjadi alternatif pada pengobatan
sariawan.

Penyajian yang enak jika ridak dengan madu, anda hanya membuat susu kental di gelas yang lain. karena setelah minum ramuan daun saga biasanya ada rasa yang tidak enak dimulut.hehe SELAMAT MENCOBA!

Comments

Post a Comment