Mendidik Anak Kita dengan Kebaikan

  


Mempermalukan anak dengan tujuan memotivasinya hanya akan membuat anak lakuin hal untuk buat kita senang, bukan karena ia benar-benar senang melakukannya. Ancaman agar anak melakukan hal yang kita mau malah sering berujung pada pertengkaran bila anak inginnya lakuin hal lain. Mengejek anak karena menurut kita ia punya kekurangan hanya akan membuat anak merasa buruk terhadap dirinya sendiri.
Jangan merasa kita lebih hebat dari pasangan dalam mendidik anak, itu membuat pasangan semakin enggan belajar, tunjukkan bahwa kita juga sedang belajar. Menjelek-jelekkan pasangan kita kepada anak adalah memberi teladan pada anak bahwa ia juga boleh jelek-jelekkan  kita kepada orang lain.
Saat kecil, kita tidak suka bila dibentak-bentak atau bahkan dipukul, namun sekarang ada dari kita yang malah melakukan hal itu kepada anak, sadarkah kita?
 Kalau bukan kita yang memperlakukan anak dengan baik, lalu siapa lagi?
Kalau bukan kita yang mengenal anak sendiri, lalu mau siapa lagi?
Kalau bukan kita yang memberi waktu berkualitas untuk anak, lalu mau siapa lagi?
Kalau bukan kita yang sediakan hati untuk anak, lalu mau siapa lagi?
Saat anak melihat cermin, ia tidak hanya melihat dirinya sendiri namun juga melihat keseluruhan diri kita, teladan kita melekat pada dirinya.
 Aku ingin anakku begini, aku ingin anakku begitu, aku ingin anakku.. Berhentilah! Rasakan saja kehadirannya, nikmati saja dirinya ada.
Mengomel & mengancam anak hanya akan mengajarkan pd anak bahwa ia tidak perlu mendengarkan kita, karena ancaman kita biasanya tidak pernah nyata. Jadi orang tua bukanlah ajang persaingan dengan orang tua lain, jadi orang tua adalah tentang anak bukan tentang pemenuhan ambisi diri kita.
Saat anak memberi sesuatu atau hadiah ke kita apapun itu meski itu sebuah batu yang ia ambil dijalan, ketahuilah bahwa ia tulus memberi pd kita. Setiap kata yang terlontar dari mulut kita punya pengaruh terhadap anak, gunakan dengan bijaksana.
Sering kita kawatir saat koneksi sinyal gadget kita lemah, namun tenang-tenang saja saat koneksi dengan anak tidak terjalin dengan baik. Bangun hubungan yang sehat dengan anak, bukan karena ia anak kita lalu harus takut & tunduk pada kita, namun soal ia jadi dirinya sendiri saat bersama kita.
Sebagai manusia kita belajar untuk saling memahami melalui interaksi yang sehat, interaksi sehat tidak bisa dibangun dengan sikap yang negatif pd anak. Mendengarkan bukan hanya menyediakan telinga namun menyediakan hati kita, mendengarkan curhatan anak adlh jembatan hati anak dengan kita.


sumber : Anak Juga Manusia

Comments