Ternyata ancaman lain dari pemanasan global tak hanya terkait dengan mencairnya gunung es, kenaikan permukaan laut, maupun perubahan cuaca ekstrim. Sejumlah wabah penyakit baru maupun lama menjadi salah satu masalah yang kini juga membutuhkan perhatian.
Melelehnya tanah permaforst yang membeku dibawah titik beku suhu 0 derajat celsius bisa saja melepaskan "zombie pathogen" yang telah membeku berabad-abad. Ini adalah beberapa ancaman dari wabah penyakit akibat pemanasan global itu.
1. Anthrax
Akhir Juli 2016, anthrax menyerang rusa di Siberia hingga menewaskan setidaknya 2,000 ekor. Penyebabnya adalah bangkai beku dari rusa yang mati 75 tahun yang lalu mencair karena suhu hangat musim panas.
Diketahui bangkai rusa tersebut terinfeksi oleh anthrax. Para peneliti telah memperingatkan bahwa kuburan sapi yang terinfeksi anthrax dan rusa di Siberia akan memicu wabah penyakit tersebut, jika tanah di Siberia mencair.
2. Pergerakan Virus Zika
Zika merupakan virus yang berbahaya ketika menyerang wanita hamil. Pembawa virus utama dari Zika adalah nyamuk Aedes Aegypti, juga membawa wabah demam berdarah dan demam chikungunya.
Pemanasan global memungkinkan penyebaran penyakit ini semakin meluas. Berdasarkan laporan tahun 2014 pada jurnal Geospatial Health menunjukkan bahwa daerah tropikal tidak teralu terbuka pada penyebaran virus ini, namun daerah seperti Australia, Iran, area Arab, dan beberapa area di Amerika Utara rentan penyebaran Zika.
Perkembangan nyamuk disebabkan karena orang-orang mulai menampul air hujan dekat halaman rumah mereka, dan menjadi tempat perkembangbiakan nyamuk-nyamuk tersebut.
3. Zombie
Anthrax bukan satu-satunya pathogen yang berpotensial menyebar lewat mencairnya permaforst. Tahun 2015, sebuah virus besar ditemukan di permaforst Siberia setelah membeku selama 30,000 tahun lamanya.
Virus ini tidak berbahaya bagi manusia karena hanya menyerang amoeba. Namun ditemukannya virus ini mendorong kekhawatiran akan penyakit seperti cacar.
Kegiatan pertambang manusia di area Siberia yang beku mampu menganggu mikroba telah aktif selama ribuan tahun.
4. Kutu
Seperti nyamuk, kutu juga menemukan habitat baru akibat dari perubahan iklim. Dan tentu saja, mereka juga membawa penyakit bersamaan dengan pergerakan mereka.
Salah satunya adalah Babesiosis, penyakit yang dibawa kutu dan disebabkan oleh virus Babesia Microti. Penyakit ini ditemukan di Timur Laut dan sejumlah area di Amerika Serikat.
Infeksi terjadi ketika musim panas, saat dimana manusia dan kutu paling banyak beraktivitas. Musim panas membuka peluang bagi banyak orang untuk terinfeksi penyakit tersebut.
5. Kolera
Penyakit mematikan kolera menyebar lewat air yang terkontaminasi. Menurut penelitian, pemanasan global akan meningkatkan penyebaran penyakit ini.
Peningkatan panas dan banjir akibat dari perubahan iklim meningkatkan penyebaran kolera di area dengan sanitasi yang buruk. Banjir juga mampu membawa air yang terkontaminasi menyebar lebih luas.
"Saya akan meletakan kolera dalam daftar kekhawatiran saya akibat dari perubahan iklim tersebut," ujar David Morens, penasehat senior dari National Institute of Allergy and Infectious Disease. "Kolera menyukai cuaca yang hangat, jadi jika Bumi semakin hangat dan air juga semakin hangat, makan kolera semakin berkembang di sana. Perubahan iklim akan membawa kolera yang semakin parah."
(Annisa Hardjanti / Live Science) & nationalgeographic
ilustrasi bayi penderita virus Zika |
Melelehnya tanah permaforst yang membeku dibawah titik beku suhu 0 derajat celsius bisa saja melepaskan "zombie pathogen" yang telah membeku berabad-abad. Ini adalah beberapa ancaman dari wabah penyakit akibat pemanasan global itu.
1. Anthrax
Akhir Juli 2016, anthrax menyerang rusa di Siberia hingga menewaskan setidaknya 2,000 ekor. Penyebabnya adalah bangkai beku dari rusa yang mati 75 tahun yang lalu mencair karena suhu hangat musim panas.
Diketahui bangkai rusa tersebut terinfeksi oleh anthrax. Para peneliti telah memperingatkan bahwa kuburan sapi yang terinfeksi anthrax dan rusa di Siberia akan memicu wabah penyakit tersebut, jika tanah di Siberia mencair.
2. Pergerakan Virus Zika
Zika merupakan virus yang berbahaya ketika menyerang wanita hamil. Pembawa virus utama dari Zika adalah nyamuk Aedes Aegypti, juga membawa wabah demam berdarah dan demam chikungunya.
Pemanasan global memungkinkan penyebaran penyakit ini semakin meluas. Berdasarkan laporan tahun 2014 pada jurnal Geospatial Health menunjukkan bahwa daerah tropikal tidak teralu terbuka pada penyebaran virus ini, namun daerah seperti Australia, Iran, area Arab, dan beberapa area di Amerika Utara rentan penyebaran Zika.
Perkembangan nyamuk disebabkan karena orang-orang mulai menampul air hujan dekat halaman rumah mereka, dan menjadi tempat perkembangbiakan nyamuk-nyamuk tersebut.
3. Zombie
Anthrax bukan satu-satunya pathogen yang berpotensial menyebar lewat mencairnya permaforst. Tahun 2015, sebuah virus besar ditemukan di permaforst Siberia setelah membeku selama 30,000 tahun lamanya.
Virus ini tidak berbahaya bagi manusia karena hanya menyerang amoeba. Namun ditemukannya virus ini mendorong kekhawatiran akan penyakit seperti cacar.
Kegiatan pertambang manusia di area Siberia yang beku mampu menganggu mikroba telah aktif selama ribuan tahun.
4. Kutu
Seperti nyamuk, kutu juga menemukan habitat baru akibat dari perubahan iklim. Dan tentu saja, mereka juga membawa penyakit bersamaan dengan pergerakan mereka.
Salah satunya adalah Babesiosis, penyakit yang dibawa kutu dan disebabkan oleh virus Babesia Microti. Penyakit ini ditemukan di Timur Laut dan sejumlah area di Amerika Serikat.
Infeksi terjadi ketika musim panas, saat dimana manusia dan kutu paling banyak beraktivitas. Musim panas membuka peluang bagi banyak orang untuk terinfeksi penyakit tersebut.
5. Kolera
Penyakit mematikan kolera menyebar lewat air yang terkontaminasi. Menurut penelitian, pemanasan global akan meningkatkan penyebaran penyakit ini.
Peningkatan panas dan banjir akibat dari perubahan iklim meningkatkan penyebaran kolera di area dengan sanitasi yang buruk. Banjir juga mampu membawa air yang terkontaminasi menyebar lebih luas.
"Saya akan meletakan kolera dalam daftar kekhawatiran saya akibat dari perubahan iklim tersebut," ujar David Morens, penasehat senior dari National Institute of Allergy and Infectious Disease. "Kolera menyukai cuaca yang hangat, jadi jika Bumi semakin hangat dan air juga semakin hangat, makan kolera semakin berkembang di sana. Perubahan iklim akan membawa kolera yang semakin parah."
(Annisa Hardjanti / Live Science) & nationalgeographic
Comments
Post a Comment